Peranan Komunikasi dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Ketika membicarakan kegiatan belajar mengajar dalam dunia pendidikan,
kita tak pernah terlepas dari proses komunikasi. Karena untuk mendukung
kegiatan belajar mengajar, berupa proses transfer ilmu pengetahuan dari
guru kepada siswa, salah satu cara yang diperlukan adalah komunikasi
yang tepat dan efektif agar proses tersebut dapat mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Apabila dikaitkan dengan teori yang ada, kegiatan belajar mengajar
dalam dunia pendidikan dengan proses komunikasi, memiliki hubungan yg
sangat erat. Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan
oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran itu
bisa berupa gagasan, informasi, opini, dan lain-lainnya yang muncul dari
benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keraguan,
kekhawatiran, kemarahan, keberanian, dan sebagainya yang timbul dari
lubuk hati.
Dra. Elin Rusoni,M.Pd. mengungkapkan bahwa proses belajar mengajar
merupakan interaksi berbagai unsur, dengan unsur utama yaitu siswa,
kebutuhan berbagai sumber belajar, serta situasi belajar yang memberikan
kemungkinan kegiatan belajar. Dan guru merupakan faktor yang menentukan
lancarnya proses tersebut. Komunikasi pun turut menentukan, karena
semakin efektif komunikasi yang dilakukan, maka akan semakin banyak pula
tujuan proses belajar mengajar yang akan tercapai.
Berdasarkan pengertian–pengertian tersebut di atas, agar proses
kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan dalam proses penyampaiannya diperlukan ilmu
komunikasi. Dalam proses belajar mengajar, guru harus bertindak sebagai
komunikator yang dapat menyampaikan pikiran dan perasaannya terhadap
siswa sebagai komunikan, dan nantinya setelah proses belajar mengajar
berlangsung siswa dapat memperoleh wawasan berdasarkan informasi serta
gagasan yang telah diberikan gurunya. Baik berupa materi pelajaran
maupun berupa perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik lagi.
tingkah laku (over behaviour) yang dapat diamati melalui alat indera
oleh orang lain baik tutur katanya, motorik dan gaya hidupnya.
Hal ini dipertegas oleh Witherington (1952), yang mengatakan bahwa
belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan
sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap,
kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. . Jadi keberhasilan proses belajar
mengajar dapat terlihat dari tercapainya tujuan pembelajaran, yaitu
perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik
setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, berupa perubahan yang
secara psikologis akan terlihat dalam tingkah laku atau yang dapat
diamati oleh orang lain.
Hubungan Komunikasi dengan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Untuk mencapai tujuan pembelajaran guru dapat menggunakan berbagai
metode–metode pengajaran. Jenis–jenis metode pengajaran yang dapat
digunakan antara lain :
1. Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan
informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada
umumnya mengikuti secara pasif.
2. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya
dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga
disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama
(socialized recitation).
3. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan
barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik
secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan
dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.
4. Metode Ceramah Plus
Metode ceramah plus adalah metode mengajar yang menggunakan lebih dari
satu metode, yakni metode ceramah gabung dengan metode lainnya.
5. Metode Resitasi
Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri.
6. Metode Percobaan
Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik
perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau
percobaan.
7. Metode Karya Wisata
Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih
dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan
didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi
oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.
8. Metode Latihan Keterampilan
Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana siswa
diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara
membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa
manfaatnya dan sebagainya.
9. Metode Mengajar Beregu
Metode mengajar beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya
lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas. Biasanya salah
seorang pendidik ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya, setiap
pendidik membuat soal, kemudian digabung. Jika ujian lisan maka setiap
siswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan team pendidik
tersebut.
10. Metode Mengajar Sesama Teman
Metode mengajar sesama teman adalah suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri
11. Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah adalah suatu metode mengajar yang mana siswanya diberi soal-soal, lalu diminta pemecahannya.
12. Metode Perancangan
Metode perancangan yaitu suatu metode mengajar dimana pendidik harus
merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.
13. Metode Bagian
Metode bagian yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan
sebagian-sebagian, misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan
ayat lainnya yang tentu saja berkaitan dengan masalahnya.
14. Metode Global
Metode global yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca
keseluruhan materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap
atau ambil intisari dari materi tersebut.
Metode–metode mengajar tersebut harus dapat dikuasai oleh guru
sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. Namun penguasaan
metode tersebut juga harus dibarengi dengan kemampuan guru tersebut
dalam berkomunikasi. Karena dari semua metode tersebut memerlukan
kemampuan komunikasi yang tepat agar para siswa dapat memahami maksud
dari penerapan metode mengajar tersebut.
Menurut Harold Lasswell, komunikasi pada dasarnya merupakan suatu
proses yang menjelaskan siapa? mengatakan apa? dengan saluran apa?
kepada siapa? dengan akibat atau hasil apa? (who? says what? in which
channel? to whom? with what effect?). Guru sebagai komunikator harus
memiliki pesan yang jelas yang akan disampaikan kepada murid atau
komunikan. Setelah itu guru juga harus menentukan saluran untuk
berkomunikasi baik secara langsung (tatap muka) atau tidak
langsung(media).Setelah itu guru harus menyesuaikan tema yang sesuai
dengan umur si komunikan,juga harus menentukan tujuan komunikasi agar
terjadi perubahan pada diri komunikan sesuai dengan yang diinginkan.
Agar dapat berkomunikasi dengan efektif dan mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan, guru juga harus memperhatikan
metode, pola, serta teknik komunikasi yang digunakan. Metode–metode
dalam komunikasi yang harus diperhatikan, antara lain :
1. Komunikasi satu tahap
Dengan metode ini komunikator langsung menyampaikan informasi kepada komunikan.
2. Komunikasi dua tahap
Dalam metode ini komunikator tidak langsung menyampaikan informasi
kepada komunikan, tetapi melalui orang-orang tertentu. Merekalah yang
menyampaikan informasi tersebut kepada komunikan.
3. Komunikasi banyak tahap
Di metode ini, komunikator menyampaikan informasi tidak hanya
menggunakan komunikasi satu dan dua arah saja, tetapi dengan cara–cara
lain dengan berbagai tahapan.
Sedangkan pola–pola komunikasi yang harus diperhatikan antara lain:
1. Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah
Dalam komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa
sebagai penerima aksi. Guru aktif dan siswa pasif. Ceramah pada dasarnya
adalah komunikasi satu arah, atau komunikasi sebagai aksi. Komunikasi
jenis ini kurang banyak menghidupkan kegiatan siswa belajar.
2. Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah
Pada komunikasi ini guru dan siswa dapat berperan sama yaitu pemberi
aksi dan menerima aksi. Di sini, sudah terlihat hubungan dua arah ,
tetapi terbatas antara guru dan siswa secara individual. Antara siswa
yang satu dengan siswa yang lainnya tidak ada hubungan. siswa tidak
dapat berdisukusi dengan teman atau bertanya sesama temannya. Keduanya
dapat saling memberi dan menerima. Komunikasi ini lebih baik daripada
yang pertama, sebab kegiatan guru dan kegiatan siswa relatif sama.
3. Komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi
Komunikasi ini tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru
dengan siswa tetapi juga melibatkan interaksi yang dinamis antara siswa
yang satu dengan siswa yang lainnya. Proses belajar mengajar dengan pola
komunikasi inimengarah kepada proses pengajaran yang mengembangkan
kegiatan siswa yang optimal, sehingga menumbuhkan siswa belajar aktif.
Diskusi dan simulasi merupakan strategi yang dapat mengembangkan
komunikasi. Dalam KBM, siswa memerlukan sesuatu yang memungkinkan dia
berkomunikasi secara baik dengan guru, teman, maupun dengan
lingkungannya. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar terdapat
dua hal yang ikut menentukan keberhasilannya yaitu pengaturan proses
belajar mengajar dan pengajaran itu sendiri yang keduanya mempunyai
ketergantungan untuk menciptakan situasi komunikasi yang baik yang
memungkinkan siswa untuk belajar.
Setelah mengetahui metode serta pola komunikasi, ada pula teknik komunikasi yang harus diperhatikan, antara lain ;
1. Harus ada ide yang jelas sebelum berkomunikasi
2. Mengecek kembali apakah tujuan komunikasi akan mencapai tujuan pembelajaran
3. Mengetahui kondisi siswa serta kondisi sarana prasarana yang dapat mendukung jalannya komunikasi
4. Berdiskusi dengan pihak – pihak lain untuk mengetahui metode yang sesuai untuk berkomunikasi
5. Saat berkomunikasi perhatikan pula intonasi suara
6. Sampaikanlah hal – hal yang bermanfaat bagi siswa
7. Tindakan seorang guru sebagai komunikator harus sesuai dengan hal – hal yang disampaikan
8. Berikan kesempatan bagi siswa sebagai komunikan untuk menyampaikan pendapatnya dan jadilah pendengar yang baik
Dari teknik komunikasi tersebut, diketahui bahwa seorang guru juga harus
mengetahui kondisi siswanya. Di dalam kegiatan belajar mengajar, tidak
semua siswa berada dalam kondisi yang sama. Setiap siswa memiliki tipe
belajar yang berbeda–beda. Dan sebagai komunikator , guru harus dapat
memahami tipe belajar masing–masing siswa, yang akan mempermudah dalam
menentukan metode komunikasi dan metode mengajar yang akan diterapkan.
Tipe–tipe belajar yang pada umumnya dimiliki oleh masing – masing siswa antara lain :
1. Tipe Belajar Visual.
Bagi siswa yang bertipe belajar visual, yang mememgang peranan penting
adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran
yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada
peragaan / media.
2. Tipe Belajar Auditif.
Siswa yang bertipe auditif mengandalakan kesuksesan belajarnya melalui
telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus
memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya.
3. Tipe Belajar Kinestetik.
Siswa yang bertipe belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
4. Tipe Belajar Kombinatif.
Siswa bertipe kombinatif adalah siswa yang dapat dan mampu mengikuti
pelajaran dengan menggunakan lebih dari satu alat indra.Ia dapat
menerima pelajaran dangan mata dan telinga sekaligus ketika belajar.
Keberhasilan guru berkomunikasi dalam proses belajar mengajar juga
diharapkan dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasinya. Karena
motivasi sangat mempengaruhi tindakan atau perbuatan yang dilakukan
seseorang guna mencapai suatu tujuan. Motivasi oleh kebanyakan ahli
dibagi dalam dua tipe atau kelompok yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik.
Menurut Thornburgh, “motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak
yang disebabkan faktor pendorong dari dalam (internal) individu.”
Sedangkan Motivasi ekstrinsik adalah kebalikannya, yaitu motivasi yang
berasal dari luar individu. Menurut penelitian Phil Louther peserta
didik yang memiliki motivasi ekstrinsik memerlukan perhatian dan
pengarahan khusus dari guru. Mereka sangat tergantung pada perintah guru
untuk mendorong mereka dalam belajar atau mengerjakan tugas-tugas.
Berdasarkan uraian di atas, terlihat dengan jelas proses belajar
mengajar bahwa seorang guru bukan hanya memerlukan penguasaan dalam hal
metode mengajar serta menguasai bahan ajar. Tapi guru juga harus
memiliki skill untuk mengkomunikasikan bahan ajar yang dipadukan dengan
metode mengajar yang tepat dengan selalu memperhatikan tipe belajar yang
dimiliki oleh masing-masing siswa. Apabila ini terlaksana, akan
menimbulkan motivasi dalam diri siswa untuk berprestasi lebih baik lagi.
Sehingga bukan hal yang mustahil bila tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan dapat tercapai dengan sukses.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan agar motivasi ekstrinsik yang
diberikan efektif untuk menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan
belajar anak didik. Cara-caranya adalah sebagai berikut:
1. Memberi angka.
Angka dapat diartikan sebagai symbol dari nilai kegiatan belajar peserta
didik. Sehingga semakin baik angka yang diperoleh akan memperkuat
motivasi. Banyak siswa yang belajar untuk mendapat nilai yang baik,
bahkan ada yang belajar karena yang penting naik kelas saja. Oleh karena
itu, cara pendidik dalam memberikan angka yang dikaitkan dengan nilai
yang terkandung dalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada para
peserta didik bukan hanya dinilai dari ranah kognitif saja, tetapi juga
dinilai dari ranah psikomotorik dan afektifnya.
2. Hadiah
Hadiah dapat dikatakan sebagai motivasi karena seseorang akan berusaha
melakukan pekerjaan yang diminta dengan cara yang terbaik agar
mendapatkan hadiah tersebut.
3. Persaingan atau kompetisi
Persaingan atau kompetisi memang akan menimbulkan motivasi untuk
mendorong siswa belajar. Namun seringkali kompetisi memberikan pengaruh
yang tidak baik apabila kompetisi diterapkan antara siswa yang satu
dengan siswa yang lain. Dikhawatirkan siswa yang memenangkan kompetisi
akan menjadi sombong dan siswa yang kalah akan merasa tidak berarti dan
tidak berdaya. Akan lebih baik jika dibentuk persaingan antara siswa
dengan dirinya sendiri. Caranya dengan memberi gambaran kepada siswa
tentang kemajuan yang telah dicapainya dibandingkan dengan hasil
belajarnya yang lalu.
4. Ego-Involvement
Ego-involvement memiliki arti menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar
merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga
bekerja keras dengan mempertaruhkan harga dirinya. Siswa akan timbul
kebanggaan dan meningkat harga dirinya melalui penyelesaian tugas dengan
baik.
5. Memberi ulangan
Dengan adanya ulangan siswa akan giat belajar. Tetapi yang harus
diperhatikan, guru jangan terlalu sering memberi ulangan karena akan
membosankan dan kalau akan ulangan guru harus memberitahukan sebelumnya
pada siswa.
6. Pujian
Pemberian pujian harus tepat, karena dengan pujian yang tepat akan
memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta
sekaligus akan membangkitkan harga diri.
7. Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil belajarnya, akan mendorong siswa untuk lebih
giat lagi belajar. Apabila hasilnya tidak memuaskan siswa akan
termotivasi untuk meningkatkannya, sebaliknya apabila hasilnya sudah
cukup baik siswa akan termotivasi minimal untuk mempertahankan dan
terutama untuk meningkatkannya lebih baik lagi.
8. Hukuman
Walaupun hukuman merupakan cara penguatan yang negative, tetapi apabila
diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Jadi guru
hendakjnya memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.
9. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik memang sudah ada
motivasi untuk belajar, sehingga hasil belajarnya pun akan baik.
10. Minat
Proses belajar akan belajar lancar apabila disertai dengan minat. Cara untuk membangkitkan minat antara lain:
a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.
b. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang telah lalu.
c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.
d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
11. Tujuan yang diakui
Dengan adanya rumusan tujuan yang diakui dan diterima serta dipahami
oleh siswa karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka pada
diri siswa akan timbul gairah untuk terus belajar.
Semua cara pemberian motivasi ekstrinsik tersebut tentunya akan
memberikan hasil yang maksimal, bila guru dapat menerapkan motivasi
tersebut dengan disertai komunikasi yang jelas dan terarah pada siswa,
sehingga siswa pun semakin bersemangat untuk belajar dan menghasilkan
prestasi yang maksimal.
Gambaran Komunikasi dalam KBM di Indonesia Saat Ini
Akhir-akhir ini kita seringkali melihat, mendengar dan menyaksikan
kekerasan dalam pendidikan. Dan yang menyedihkan adalah kekerasan
tersebut dilakukan oleh guru yang seharusnya dapat memberikan teladan
yang baik bagi siswanya.Hasil penelitian Unicef di Jawa Tengah, Sulawesi
Selatan, dan Sumatera Utara pada 2006 yang menunjukkan bahw` kekerasan
terhadap anak sebagian besar (80 persen) dilakukan oleh guru.
Hasil penelitian itu memberikan kesadaran bahwa kekerasan bisa
terjadi di mana saja, termasuk di lingkungan sekolah, tempat yang selama
ini dipercaya paling aman dan terbaik untuk anak. Perlu disadari,
kekerasan seperti itu, terkadang -bahkan sering- tidak disertai niat
jahat. Sebaliknya, tindakan itu malah berselimut niat baik. Karena itu,
pada umumnya guru yang melakukan kekerasan pada anak sama sekali tidak
merasa bersalah. Guru merasa bahwa dirinya telah berbuat kebaikan dan
telah memberikan yang terbaik kepada siswa.
Dengan alasan untuk meningkatkan kedisiplinan, guru tersebut
menggunakan kekerasan dengan tujuan membuat anak itu mau melaksanakan
tugas atau mau merubah sikapnya ke arah yang lebih baik. Misalnya anak
yang sering terlambat masuk kalah, di tamper satu persatu agar tidak
mengulangi perbuatannya itu. Di salah satu SDN Pati, seorang ibu guru
kelas IV menghukum murid-murid yang tidak mengerjakan PR dengan
menusukkan paku yang dipanaskan ke tangan siswa. Di Surabaya, seorang
guru oleh raga menghukum lari seorang siswa yang terlambat datang
beberapa kali putaran. Tapi karena fisiknya lemah, pelajar tersebut
tewas.
Dari berbagai kasus di atas, dunia pendidikan Indonesia pun semakin
muram. Pendidikan yang seharusnya dapat melahirkan para siswa yang bukan
hanya pintar dalam segi akademik, namun juga berbudi luhur. Akhirnya
hanya akan membentuk siswa yang ketakutan terhadap guru yang seharusnya
memberikan keteladanan. JIka kita telaah lagi, semua kasus yang timbul
sebenarnya dilatarbelakangi hal yang sama. Guru–guru tersebut berharap
dengan cara kekerasan yang mereka terapkan, para siswa dapat lebih
disiplin dalam mematuhi peraturan sekolah. Mereka menganggap kekerasan
adalah cara yang paling tepat untuk mengkomunikasikan hal–hal yang ingin
mereka sampaikan. Kekerasan dianggap sebagai cara terakhir dan paling
ampuh untuk membentuk siswa yang lebih disiplin dan menguasai materi
pelajaran yang diberikan. Yang pada akhirnya bertujuan untuk mencapai
keberhasilan pembelajaran.
Akademisi Untan, Soegiatno berkomentar, hubungan sosial selalu
terabaikan dari dunia pendidikan Indonesia. Pendidikan di negeri ini,
belum jelas terpetakan antara proses pendidikan dengan proses
pengajaran. Kebanyakan yang dilakukan lembaga pendidikan adalah, proses
pengajaran. Dimana anak dilatih mengerjakan soal-soal UAN, sedangkan
nilai-nilai luhur yang lain diabaikan. Ia menilai, pendidikan tidak
membangun hubungan baik antara manusia yang satu dengan lainnya.
Seperti, hubungan komunikasi antara guru, dosen dan siswa, sering
terabaikan. Pola pendidikan di Indonesia sekarang semakin meninggalkan
ranah pedagogik, tapi lebih mengedepankan ranah didaktik metodik atau
cara menyajikan materi. Ranah pedagogik atau ranah hubungan komunikasi
antar siswa dan guru, sudah ditinggalkan para guru. Contohnya, siswa
tidak terlayani dengan baik. Hubungan komunikasi guru dan siswa tidak
terbina. Tidak pernah ada komunikasi sehat antara guru dan murid. Tapi
yang terjadi justru, guru ditakuti murid. Akibatnya, siswa mengikuti
pelajaran menjadi tidak semangat.
Kedudukan dan peran guru sangat penting untuk menciptakan generasi
mendatang yang cerdas, mandiri dan mampu membawa masa depan bangsa yang
lebih cerah. Karena itu, seorang guru dituntut memiliki kemampuan dan
kualitas yang mumpuni. Bukan hanya berkualitas dalam penguasaan materi,
tapi juga berkualitas dalam berkomunikasi, sehingga guru dapat
memberikan informasi yang bermanfaat dengan cara komunikasi yang akurat.
Dan kemudian siswa pun termotivasi untuk giat belajar mencapai prestasi
yang gemilang. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan
kata-kata yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Melalui
komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat
dipahami oleh pihak lain.
Untuk menjadi seorang guru memang tidak mudah, guru harus bermental
kuat, sabar, dalam menghadapi anak-anak yang nakal dan juga gaji yang
tidak memadai. Ketika tekanan akibat hidup yang sangat berat, ketika
berhadapan dengan tingkah murid yang kurang ajar, memang pada akhirnya
para guru pun menjadi khilaf dan sangat sulit mengontrol emosinya.
Karena seorang guru diharapkan tidak hanya mampu mentransfer ilmu
pengetahuan tapi juga mampu memberikan teladan yang baik serta
mengarahkan perilaku serta sikap siswanya menjadi lebih baik lagi.
Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII, H. Fuad Nashori
merekomendasikan 9 langkah sebagai solusi untuk mengatasi kekerasan
dalam pendidikan yang dapat diterapkan oleh guru. Langkah – langkah
tersebut antara lain :
• Membentuk lingkungan yang shaleh dan menghargai martabat manusia.
• Memberi hukuman yang setimpal
• Menjamin adanya akses untuk memperoleh kemudahan hidup dan kesamaan
hak untuk mendapatkan keperluan hidup sehingga dapat mengurangi sumber
frustrasi
• Mengembangkan sikap positif terhadap keadaan apapun yang terjadi,
sehingga membuat seseorang tidak terpancing untuk bertindak penuh
kekerasan, seperti berprasangka baik, lapangdada, dan sebagainya.
• Menggunakan paradigma dan teknik belajar yang dapat dinikmati subjek
didik dan tidak menimbulkan amarah, frustrasi, dan lain – lain.
• Pengalihan atau mencari sasaran pengganti positif. Semakin banyak
kesamaan sumber dan atau sasaran semakin kuat fungsi pengalihan emosi.
• Katarsis atau pembersihan “pengganggu” dari sistem diri secara lisan.
Dengan cara: berbicara sendiri atau kepada orang lain yang dipercaya.
• Belajar mengelola diri (emosi): melalui training seperti self training, social skill training, forgiveness training.
• Intervensi Kognitif, belajar dan berani untuk meminta maaf dan memaafkan
Langkah – langkah di atas menunjukkan bahwa seorang guru harus dapat
mengendalikan dirinya, sehingga ketika menjadi seorang komunikator, guru
secara lahir dan batin telah siap menjalankan proses belajar mengajar
dan membuat para komunikan atau siswanya dapat menjalani proses belajar
mengajar dengan rasa nyaman, dan menghasilkan prestasi yang gemilang.
Dengan dukungan berbagai pihak , semua faktor pemicu timbulnya kekerasan
yang dilakukan guru terhadap siswa hendaknya dapat diminimalisir.
Misalnya dengan perbaikan kesejahteraan guru, diadakannya pelatihan guru
yang berkaitan dengan pengendalian diri ( EQ dan ESQ), pengembangan
kurikulum yang tidak memberikan beban yang sangat berat bagi guru, dan
pelatihan komunikasi yang efektif agar guru tidak hanya pintar tapi juga
dapat menjadi komunikator yang handal. Sehingga sampai kapan pun,
predikat guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa akan selalu terpatri.
Dan predikat tersebut tidak akan pernah berganti menjadi guru sebagai
sang algojo yang menyiksa para siswa dengan alasan untuk meningkatkan
prestasi dan disiplin siswa.
Daftar Pustaka
Bungin, Burhan, 2007, Sosiologi Komunikasi, Jakarta : Kencana
Elida Prayitno, 1989, Motivasi Dalam Belajar, Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
Sumber Lainnya :
Administrator, Hindari Kekerasan dalam Pendidikan
http://fpscs.uii.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=59&Itemid=21
Administrator, Pengertian Belajar dan Perubahan Perilaku dalam Belajar
http://www.scribd.com/doc/6439508/Pengertian-Belajar-Lintang
Adrian, Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Siswa
http://re-searchengines.com/art05-65.html
Andi, Tantra Nur (2009). Pendidikan Belum Menyentuh Ranah Pedagogik
http://www.borneotribune.com/pendidikan/pendidikan-belum-menyentuh-ranah-pedagogik.html
Assegaf, Abd. Rachman (2002) . Kondisi dan Pemicu Kekerasan dalam Pendidikan
http://www.ditpertais.net/istiqro/ist02-03.asp
Bandono, Komunikasi Terapeutik
http://bandono.web.id/files/makalah-komunikasi.pdf
Desy Khairani, Tiga Pola Komunikasi antara Guru dengan Siswa
http://mjieschool.blogspot.com/2008/11/tiga-pola-komunikasi-antara-guru-dengan.html
Jaringan Inovasi Kendal, Kekerasan Guru pada Anak
http://jipkendal.wordpress.com/2007/11/20/kekerasan-guru-pada-anak/
Organisasai.Org Komunitas dan Perpustakaan Online indonesia, Analisis
Pengertian Komunikasi dan Lima Unsur Komunikasi Menurut Harold Lasswell
http://organisasi.org/analisis-pengertian-komunikasi-dan-5-lima-unsur-komunikasi-menurut-harold-lasswell
Rusoni, Elin. Komunikasi Efektif dalam Proses Belajar Mengajar
http://d.scribd.com/docs/211y6k4crk5xbzo90p4y.pdf
Minggu, 11 November 2012
Kekerasan dalam Proses Belajar Mengajar : Sebuah Bentuk Komunikasi di Dunia Pendidikan Indonesia Saat Ini
Label:
Pendidikan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar