Minggu, 11 November 2012

Kekerasan dalam Proses Belajar Mengajar : Sebuah Bentuk Komunikasi di Dunia Pendidikan Indonesia Saat Ini

Peranan Komunikasi dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Ketika membicarakan kegiatan belajar mengajar dalam dunia pendidikan, kita tak pernah terlepas dari proses komunikasi. Karena untuk mendukung kegiatan belajar mengajar, berupa proses transfer ilmu pengetahuan dari guru kepada siswa, salah satu cara yang diperlukan adalah komunikasi yang tepat dan efektif agar proses tersebut dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Apabila dikaitkan dengan teori yang ada, kegiatan belajar mengajar dalam dunia pendidikan dengan proses komunikasi, memiliki hubungan yg sangat erat. Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran itu bisa berupa gagasan, informasi, opini, dan lain-lainnya yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keraguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati.
Dra. Elin Rusoni,M.Pd. mengungkapkan bahwa proses belajar mengajar merupakan interaksi berbagai unsur, dengan unsur utama yaitu siswa, kebutuhan berbagai sumber belajar, serta situasi belajar yang memberikan kemungkinan kegiatan belajar. Dan guru merupakan faktor yang menentukan lancarnya proses tersebut. Komunikasi pun turut menentukan, karena semakin efektif komunikasi yang dilakukan, maka akan semakin banyak pula tujuan proses belajar mengajar yang akan tercapai.
Berdasarkan pengertian–pengertian tersebut di atas, agar proses kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dalam proses penyampaiannya diperlukan ilmu komunikasi. Dalam proses belajar mengajar, guru harus bertindak sebagai komunikator yang dapat menyampaikan pikiran dan perasaannya terhadap siswa sebagai komunikan, dan nantinya setelah proses belajar mengajar berlangsung siswa dapat memperoleh wawasan berdasarkan informasi serta gagasan yang telah diberikan gurunya. Baik berupa materi pelajaran maupun berupa perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik lagi. tingkah laku (over behaviour) yang dapat diamati melalui alat indera oleh orang lain baik tutur katanya, motorik dan gaya hidupnya.
Hal ini dipertegas oleh Witherington (1952), yang mengatakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. . Jadi keberhasilan proses belajar mengajar dapat terlihat dari tercapainya tujuan pembelajaran, yaitu perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, berupa perubahan yang secara psikologis akan terlihat dalam tingkah laku atau yang dapat diamati oleh orang lain.
Hubungan Komunikasi dengan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Untuk mencapai tujuan pembelajaran guru dapat menggunakan berbagai metode–metode pengajaran. Jenis–jenis metode pengajaran yang dapat digunakan antara lain :
1. Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif.
2. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation).
3. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.
4. Metode Ceramah Plus
Metode ceramah plus adalah metode mengajar yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah gabung dengan metode lainnya.
5. Metode Resitasi
Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri.
6. Metode Percobaan
Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan.
7. Metode Karya Wisata
Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.
8. Metode Latihan Keterampilan
Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana siswa diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya.
9. Metode Mengajar Beregu
Metode mengajar beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas. Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya, setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung. Jika ujian lisan maka setiap siswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan team pendidik tersebut.
10. Metode Mengajar Sesama Teman
Metode mengajar sesama teman adalah suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri
11. Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah adalah suatu metode mengajar yang mana siswanya diberi soal-soal, lalu diminta pemecahannya.
12. Metode Perancangan
Metode perancangan yaitu suatu metode mengajar dimana pendidik harus merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.
13. Metode Bagian
Metode bagian yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-sebagian, misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentu saja berkaitan dengan masalahnya.
14. Metode Global
Metode global yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca keseluruhan materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisari dari materi tersebut.
Metode–metode mengajar tersebut harus dapat dikuasai oleh guru sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. Namun penguasaan metode tersebut juga harus dibarengi dengan kemampuan guru tersebut dalam berkomunikasi. Karena dari semua metode tersebut memerlukan kemampuan komunikasi yang tepat agar para siswa dapat memahami maksud dari penerapan metode mengajar tersebut.
Menurut Harold Lasswell, komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa? mengatakan apa? dengan saluran apa? kepada siapa? dengan akibat atau hasil apa? (who? says what? in which channel? to whom? with what effect?). Guru sebagai komunikator harus memiliki pesan yang jelas yang akan disampaikan kepada murid atau komunikan. Setelah itu guru juga harus menentukan saluran untuk berkomunikasi baik secara langsung (tatap muka) atau tidak langsung(media).Setelah itu guru harus menyesuaikan tema yang sesuai dengan umur si komunikan,juga harus menentukan tujuan komunikasi agar terjadi perubahan pada diri komunikan sesuai dengan yang diinginkan.
Agar dapat berkomunikasi dengan efektif dan mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, guru juga harus memperhatikan metode, pola, serta teknik komunikasi yang digunakan. Metode–metode dalam komunikasi yang harus diperhatikan, antara lain :
1. Komunikasi satu tahap
Dengan metode ini komunikator langsung menyampaikan informasi kepada komunikan.
2. Komunikasi dua tahap
Dalam metode ini komunikator tidak langsung menyampaikan informasi kepada komunikan, tetapi melalui orang-orang tertentu. Merekalah yang menyampaikan informasi tersebut kepada komunikan.
3. Komunikasi banyak tahap
Di metode ini, komunikator menyampaikan informasi tidak hanya menggunakan komunikasi satu dan dua arah saja, tetapi dengan cara–cara lain dengan berbagai tahapan.
Sedangkan pola–pola komunikasi yang harus diperhatikan antara lain:
1. Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah
Dalam komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi. Guru aktif dan siswa pasif. Ceramah pada dasarnya adalah komunikasi satu arah, atau komunikasi sebagai aksi. Komunikasi jenis ini kurang banyak menghidupkan kegiatan siswa belajar.
2. Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah
Pada komunikasi ini guru dan siswa dapat berperan sama yaitu pemberi aksi dan menerima aksi. Di sini, sudah terlihat hubungan dua arah , tetapi terbatas antara guru dan siswa secara individual. Antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya tidak ada hubungan. siswa tidak dapat berdisukusi dengan teman atau bertanya sesama temannya. Keduanya dapat saling memberi dan menerima. Komunikasi ini lebih baik daripada yang pertama, sebab kegiatan guru dan kegiatan siswa relatif sama.
3. Komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi
Komunikasi ini tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa tetapi juga melibatkan interaksi yang dinamis antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Proses belajar mengajar dengan pola komunikasi inimengarah kepada proses pengajaran yang mengembangkan kegiatan siswa yang optimal, sehingga menumbuhkan siswa belajar aktif. Diskusi dan simulasi merupakan strategi yang dapat mengembangkan komunikasi. Dalam KBM, siswa memerlukan sesuatu yang memungkinkan dia berkomunikasi secara baik dengan guru, teman, maupun dengan lingkungannya. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar terdapat dua hal yang ikut menentukan keberhasilannya yaitu pengaturan proses belajar mengajar dan pengajaran itu sendiri yang keduanya mempunyai ketergantungan untuk menciptakan situasi komunikasi yang baik yang memungkinkan siswa untuk belajar.
Setelah mengetahui metode serta pola komunikasi, ada pula teknik komunikasi yang harus diperhatikan, antara lain ;
1. Harus ada ide yang jelas sebelum berkomunikasi
2. Mengecek kembali apakah tujuan komunikasi akan mencapai tujuan pembelajaran
3. Mengetahui kondisi siswa serta kondisi sarana prasarana yang dapat mendukung jalannya komunikasi
4. Berdiskusi dengan pihak – pihak lain untuk mengetahui metode yang sesuai untuk berkomunikasi
5. Saat berkomunikasi perhatikan pula intonasi suara
6. Sampaikanlah hal – hal yang bermanfaat bagi siswa
7. Tindakan seorang guru sebagai komunikator harus sesuai dengan hal – hal yang disampaikan
8. Berikan kesempatan bagi siswa sebagai komunikan untuk menyampaikan pendapatnya dan jadilah pendengar yang baik
Dari teknik komunikasi tersebut, diketahui bahwa seorang guru juga harus mengetahui kondisi siswanya. Di dalam kegiatan belajar mengajar, tidak semua siswa berada dalam kondisi yang sama. Setiap siswa memiliki tipe belajar yang berbeda–beda. Dan sebagai komunikator , guru harus dapat memahami tipe belajar masing–masing siswa, yang akan mempermudah dalam menentukan metode komunikasi dan metode mengajar yang akan diterapkan.
Tipe–tipe belajar yang pada umumnya dimiliki oleh masing – masing siswa antara lain :
1. Tipe Belajar Visual.
Bagi siswa yang bertipe belajar visual, yang mememgang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media.
2. Tipe Belajar Auditif.
Siswa yang bertipe auditif mengandalakan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya.
3. Tipe Belajar Kinestetik.
Siswa yang bertipe belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
4. Tipe Belajar Kombinatif.
Siswa bertipe kombinatif adalah siswa yang dapat dan mampu mengikuti pelajaran dengan menggunakan lebih dari satu alat indra.Ia dapat menerima pelajaran dangan mata dan telinga sekaligus ketika belajar.
Keberhasilan guru berkomunikasi dalam proses belajar mengajar juga diharapkan dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasinya. Karena motivasi sangat mempengaruhi tindakan atau perbuatan yang dilakukan seseorang guna mencapai suatu tujuan. Motivasi oleh kebanyakan ahli dibagi dalam dua tipe atau kelompok yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Menurut Thornburgh, “motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari dalam (internal) individu.” Sedangkan Motivasi ekstrinsik adalah kebalikannya, yaitu motivasi yang berasal dari luar individu. Menurut penelitian Phil Louther peserta didik yang memiliki motivasi ekstrinsik memerlukan perhatian dan pengarahan khusus dari guru. Mereka sangat tergantung pada perintah guru untuk mendorong mereka dalam belajar atau mengerjakan tugas-tugas.
Berdasarkan uraian di atas, terlihat dengan jelas proses belajar mengajar bahwa seorang guru bukan hanya memerlukan penguasaan dalam hal metode mengajar serta menguasai bahan ajar. Tapi guru juga harus memiliki skill untuk mengkomunikasikan bahan ajar yang dipadukan dengan metode mengajar yang tepat dengan selalu memperhatikan tipe belajar yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Apabila ini terlaksana, akan menimbulkan motivasi dalam diri siswa untuk berprestasi lebih baik lagi. Sehingga bukan hal yang mustahil bila tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan sukses.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan agar motivasi ekstrinsik yang diberikan efektif untuk menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar anak didik. Cara-caranya adalah sebagai berikut:
1. Memberi angka.
Angka dapat diartikan sebagai symbol dari nilai kegiatan belajar peserta didik. Sehingga semakin baik angka yang diperoleh akan memperkuat motivasi. Banyak siswa yang belajar untuk mendapat nilai yang baik, bahkan ada yang belajar karena yang penting naik kelas saja. Oleh karena itu, cara pendidik dalam memberikan angka yang dikaitkan dengan nilai yang terkandung dalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada para peserta didik bukan hanya dinilai dari ranah kognitif saja, tetapi juga dinilai dari ranah psikomotorik dan afektifnya.
2. Hadiah
Hadiah dapat dikatakan sebagai motivasi karena seseorang akan berusaha melakukan pekerjaan yang diminta dengan cara yang terbaik agar mendapatkan hadiah tersebut.
3. Persaingan atau kompetisi
Persaingan atau kompetisi memang akan menimbulkan motivasi untuk mendorong siswa belajar. Namun seringkali kompetisi memberikan pengaruh yang tidak baik apabila kompetisi diterapkan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Dikhawatirkan siswa yang memenangkan kompetisi akan menjadi sombong dan siswa yang kalah akan merasa tidak berarti dan tidak berdaya. Akan lebih baik jika dibentuk persaingan antara siswa dengan dirinya sendiri. Caranya dengan memberi gambaran kepada siswa tentang kemajuan yang telah dicapainya dibandingkan dengan hasil belajarnya yang lalu.
4. Ego-Involvement
Ego-involvement memiliki arti menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga dirinya. Siswa akan timbul kebanggaan dan meningkat harga dirinya melalui penyelesaian tugas dengan baik.
5. Memberi ulangan
Dengan adanya ulangan siswa akan giat belajar. Tetapi yang harus diperhatikan, guru jangan terlalu sering memberi ulangan karena akan membosankan dan kalau akan ulangan guru harus memberitahukan sebelumnya pada siswa.
6. Pujian
Pemberian pujian harus tepat, karena dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.
7. Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil belajarnya, akan mendorong siswa untuk lebih giat lagi belajar. Apabila hasilnya tidak memuaskan siswa akan termotivasi untuk meningkatkannya, sebaliknya apabila hasilnya sudah cukup baik siswa akan termotivasi minimal untuk mempertahankan dan terutama untuk meningkatkannya lebih baik lagi.
8. Hukuman
Walaupun hukuman merupakan cara penguatan yang negative, tetapi apabila diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Jadi guru hendakjnya memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.
9. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik memang sudah ada motivasi untuk belajar, sehingga hasil belajarnya pun akan baik.
10. Minat
Proses belajar akan belajar lancar apabila disertai dengan minat. Cara untuk membangkitkan minat antara lain:
a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.
b. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang telah lalu.
c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.
d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
11. Tujuan yang diakui
Dengan adanya rumusan tujuan yang diakui dan diterima serta dipahami oleh siswa karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka pada diri siswa akan timbul gairah untuk terus belajar.
Semua cara pemberian motivasi ekstrinsik tersebut tentunya akan memberikan hasil yang maksimal, bila guru dapat menerapkan motivasi tersebut dengan disertai komunikasi yang jelas dan terarah pada siswa, sehingga siswa pun semakin bersemangat untuk belajar dan menghasilkan prestasi yang maksimal.
Gambaran Komunikasi dalam KBM di Indonesia Saat Ini
Akhir-akhir ini kita seringkali melihat, mendengar dan menyaksikan kekerasan dalam pendidikan. Dan yang menyedihkan adalah kekerasan tersebut dilakukan oleh guru yang seharusnya dapat memberikan teladan yang baik bagi siswanya.Hasil penelitian Unicef di Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Utara pada 2006 yang menunjukkan bahw` kekerasan terhadap anak sebagian besar (80 persen) dilakukan oleh guru.
Hasil penelitian itu memberikan kesadaran bahwa kekerasan bisa terjadi di mana saja, termasuk di lingkungan sekolah, tempat yang selama ini dipercaya paling aman dan terbaik untuk anak. Perlu disadari, kekerasan seperti itu, terkadang -bahkan sering- tidak disertai niat jahat. Sebaliknya, tindakan itu malah berselimut niat baik. Karena itu, pada umumnya guru yang melakukan kekerasan pada anak sama sekali tidak merasa bersalah. Guru merasa bahwa dirinya telah berbuat kebaikan dan telah memberikan yang terbaik kepada siswa.
Dengan alasan untuk meningkatkan kedisiplinan, guru tersebut menggunakan kekerasan dengan tujuan membuat anak itu mau melaksanakan tugas atau mau merubah sikapnya ke arah yang lebih baik. Misalnya anak yang sering terlambat masuk kalah, di tamper satu persatu agar tidak mengulangi perbuatannya itu. Di salah satu SDN Pati, seorang ibu guru kelas IV menghukum murid-murid yang tidak mengerjakan PR dengan menusukkan paku yang dipanaskan ke tangan siswa. Di Surabaya, seorang guru oleh raga menghukum lari seorang siswa yang terlambat datang beberapa kali putaran. Tapi karena fisiknya lemah, pelajar tersebut tewas.
Dari berbagai kasus di atas, dunia pendidikan Indonesia pun semakin muram. Pendidikan yang seharusnya dapat melahirkan para siswa yang bukan hanya pintar dalam segi akademik, namun juga berbudi luhur. Akhirnya hanya akan membentuk siswa yang ketakutan terhadap guru yang seharusnya memberikan keteladanan. JIka kita telaah lagi, semua kasus yang timbul sebenarnya dilatarbelakangi hal yang sama. Guru–guru tersebut berharap dengan cara kekerasan yang mereka terapkan, para siswa dapat lebih disiplin dalam mematuhi peraturan sekolah. Mereka menganggap kekerasan adalah cara yang paling tepat untuk mengkomunikasikan hal–hal yang ingin mereka sampaikan. Kekerasan dianggap sebagai cara terakhir dan paling ampuh untuk membentuk siswa yang lebih disiplin dan menguasai materi pelajaran yang diberikan. Yang pada akhirnya bertujuan untuk mencapai keberhasilan pembelajaran.
Akademisi Untan, Soegiatno berkomentar, hubungan sosial selalu terabaikan dari dunia pendidikan Indonesia. Pendidikan di negeri ini, belum jelas terpetakan antara proses pendidikan dengan proses pengajaran. Kebanyakan yang dilakukan lembaga pendidikan adalah, proses pengajaran. Dimana anak dilatih mengerjakan soal-soal UAN, sedangkan nilai-nilai luhur yang lain diabaikan. Ia menilai, pendidikan tidak membangun hubungan baik antara manusia yang satu dengan lainnya. Seperti, hubungan komunikasi antara guru, dosen dan siswa, sering terabaikan. Pola pendidikan di Indonesia sekarang semakin meninggalkan ranah pedagogik, tapi lebih mengedepankan ranah didaktik metodik atau cara menyajikan materi. Ranah pedagogik atau ranah hubungan komunikasi antar siswa dan guru, sudah ditinggalkan para guru. Contohnya, siswa tidak terlayani dengan baik. Hubungan komunikasi guru dan siswa tidak terbina. Tidak pernah ada komunikasi sehat antara guru dan murid. Tapi yang terjadi justru, guru ditakuti murid. Akibatnya, siswa mengikuti pelajaran menjadi tidak semangat.
Kedudukan dan peran guru sangat penting untuk menciptakan generasi mendatang yang cerdas, mandiri dan mampu membawa masa depan bangsa yang lebih cerah. Karena itu, seorang guru dituntut memiliki kemampuan dan kualitas yang mumpuni. Bukan hanya berkualitas dalam penguasaan materi, tapi juga berkualitas dalam berkomunikasi, sehingga guru dapat memberikan informasi yang bermanfaat dengan cara komunikasi yang akurat. Dan kemudian siswa pun termotivasi untuk giat belajar mencapai prestasi yang gemilang. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain.
Untuk menjadi seorang guru memang tidak mudah, guru harus bermental kuat, sabar, dalam menghadapi anak-anak yang nakal dan juga gaji yang tidak memadai. Ketika tekanan akibat hidup yang sangat berat, ketika berhadapan dengan tingkah murid yang kurang ajar, memang pada akhirnya para guru pun menjadi khilaf dan sangat sulit mengontrol emosinya.
Karena seorang guru diharapkan tidak hanya mampu mentransfer ilmu pengetahuan tapi juga mampu memberikan teladan yang baik serta mengarahkan perilaku serta sikap siswanya menjadi lebih baik lagi.
Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII, H. Fuad Nashori merekomendasikan 9 langkah sebagai solusi untuk mengatasi kekerasan dalam pendidikan yang dapat diterapkan oleh guru. Langkah – langkah tersebut antara lain :
• Membentuk lingkungan yang shaleh dan menghargai martabat manusia.
• Memberi hukuman yang setimpal
• Menjamin adanya akses untuk memperoleh kemudahan hidup dan kesamaan hak untuk mendapatkan keperluan hidup sehingga dapat mengurangi sumber frustrasi
• Mengembangkan sikap positif terhadap keadaan apapun yang terjadi, sehingga membuat seseorang tidak terpancing untuk bertindak penuh kekerasan, seperti berprasangka baik, lapangdada, dan sebagainya.
• Menggunakan paradigma dan teknik belajar yang dapat dinikmati subjek didik dan tidak menimbulkan amarah, frustrasi, dan lain – lain.
• Pengalihan atau mencari sasaran pengganti positif. Semakin banyak kesamaan sumber dan atau sasaran semakin kuat fungsi pengalihan emosi.
• Katarsis atau pembersihan “pengganggu” dari sistem diri secara lisan. Dengan cara: berbicara sendiri atau kepada orang lain yang dipercaya.
• Belajar mengelola diri (emosi): melalui training seperti self training, social skill training, forgiveness training.
• Intervensi Kognitif, belajar dan berani untuk meminta maaf dan memaafkan
Langkah – langkah di atas menunjukkan bahwa seorang guru harus dapat mengendalikan dirinya, sehingga ketika menjadi seorang komunikator, guru secara lahir dan batin telah siap menjalankan proses belajar mengajar dan membuat para komunikan atau siswanya dapat menjalani proses belajar mengajar dengan rasa nyaman, dan menghasilkan prestasi yang gemilang. Dengan dukungan berbagai pihak , semua faktor pemicu timbulnya kekerasan yang dilakukan guru terhadap siswa hendaknya dapat diminimalisir. Misalnya dengan perbaikan kesejahteraan guru, diadakannya pelatihan guru yang berkaitan dengan pengendalian diri ( EQ dan ESQ), pengembangan kurikulum yang tidak memberikan beban yang sangat berat bagi guru, dan pelatihan komunikasi yang efektif agar guru tidak hanya pintar tapi juga dapat menjadi komunikator yang handal. Sehingga sampai kapan pun, predikat guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa akan selalu terpatri. Dan predikat tersebut tidak akan pernah berganti menjadi guru sebagai sang algojo yang menyiksa para siswa dengan alasan untuk meningkatkan prestasi dan disiplin siswa.
Daftar Pustaka
Bungin, Burhan, 2007, Sosiologi Komunikasi, Jakarta : Kencana
Elida Prayitno, 1989, Motivasi Dalam Belajar, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
Sumber Lainnya :
Administrator, Hindari Kekerasan dalam Pendidikan
http://fpscs.uii.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=59&Itemid=21
Administrator, Pengertian Belajar dan Perubahan Perilaku dalam Belajar
http://www.scribd.com/doc/6439508/Pengertian-Belajar-Lintang
Adrian, Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Siswa
http://re-searchengines.com/art05-65.html
Andi, Tantra Nur (2009). Pendidikan Belum Menyentuh Ranah Pedagogik
http://www.borneotribune.com/pendidikan/pendidikan-belum-menyentuh-ranah-pedagogik.html
Assegaf, Abd. Rachman (2002) . Kondisi dan Pemicu Kekerasan dalam Pendidikan
http://www.ditpertais.net/istiqro/ist02-03.asp
Bandono, Komunikasi Terapeutik
http://bandono.web.id/files/makalah-komunikasi.pdf
Desy Khairani, Tiga Pola Komunikasi antara Guru dengan Siswa
http://mjieschool.blogspot.com/2008/11/tiga-pola-komunikasi-antara-guru-dengan.html
Jaringan Inovasi Kendal, Kekerasan Guru pada Anak
http://jipkendal.wordpress.com/2007/11/20/kekerasan-guru-pada-anak/
Organisasai.Org Komunitas dan Perpustakaan Online indonesia, Analisis Pengertian Komunikasi dan Lima Unsur Komunikasi Menurut Harold Lasswell
http://organisasi.org/analisis-pengertian-komunikasi-dan-5-lima-unsur-komunikasi-menurut-harold-lasswell
Rusoni, Elin. Komunikasi Efektif dalam Proses Belajar Mengajar
http://d.scribd.com/docs/211y6k4crk5xbzo90p4y.pdf

0 komentar:

Posting Komentar

 
Bahagia Itu Sederhana Blogger Template by Ipietoon Blogger Template